…tidak ada gunanya tunduk patuh pada kekuatan dunia yang hanya akan membuat negara kita tak lebih daripada sekadar parasit…
Apa bayangan seseorang ketika menjadi Presiden? Mengadakan perayaan pernikahan anaknya di Istana negara? Menampilkan citra negara yang “wah” ketika ada perjamuan dengan negara asing? Atau malah tunduk sepenuhnya pada kepentingan Barat plus perusahan multinasional mereka yang menggurita? Jika bayangan itu yang muncul, kita perlu melihat sosok Mahmoud Ahmadinejad, orang yang bergelar sebagai presiden termiskin di dunia.
Hingga 2013 mendatang, Ahmadinejad akan memangku jabatan sebagai presiden Iran, periode keduanya setelah masa bakti 2005—2009. Selama masa itu pula Ahmadinejad sering menampilkan sikap kontroversial. Entah pernyataannya yang berani terhadap Barat, entah sikapnya yang tegas (bahkan cenderung kejam) pada lawan politik, dan entah sikap hidupnya yang terlalu sederhana untuk ukuran seorang presiden.
Harta Satu Rumah dan Satu Mobil Tua
Ahmadinejad memenangkan Pemilu 2005 (pemilu pertamanya) dengan raupan 62% suara. Angka yang menunjukkan kepercayaan rakyat kepada lelaki yang sebelumnya hanya menjadi walikota Teheran.
Begitu menjadi presiden dan diminta mengumumkan kekayaannya, Ahmadinejad akan membuat semua orang (terutama orang Indonesia) akan tercengang. Ia hanya memiliki aset rumah kelas menengah-bawah dengan luas 175 meter persegi. Mobilnya cuma Peugeot putih keluaran 1977 yang kelak akan dilelangnya pula. Hal yang rasanya tidak mungkin terjadi di Indonesia. Jangankan menjadi presiden, untuk ikut mencalonkan diri sebagai walikota atau bupati saja, susah jika hanya “bermodal” demikian.
Keputusan lain yang dibuatnya saat menjadi presiden, di antaranya, mengganti karpet Istana Iran yang mahal harganya dengan karpet biasa. Ada yang menyebutkan karpet-karpet tersebut dialokasikan ke masjid-masjid di Teheran; ada pula yang menyebutkan, karpet antik di Istana diberikan kepada museum. Ia juga menolak menggunakan pesawat terbang kepresidenan; memilih mengganti dengan pesawat kargo. Jika tidak dipaksa tinggal di istana, Ahmadinejad dipastikan akan lebih suka tinggal di rumahnya yang sederhana.
Perayaan pernikahan anaknya, tidak bisa dibandingkan dengan perayaan pernikahan putra Presiden SBY (tanpa bermaksud menghina Presiden kita). Ahmadinejad sendiri yang melayani para tamu undangan dengan jamuan ala kadarnya. Jauh dari keglamoran yang biasanya dipegang teguh oleh para presiden di seluruh dunia.
Terakhir, Peugeot tuanya dilelang untuk membantu proyek Mehr, perumahan bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Galak Melawan Kekuatan Dunia
Meskipun sosoknya “miskin”, bukan berarti Ahmadinejad tak galak terhadap lawan-lawan politiknya, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu konsepnya, yaitu mempersiapkan dunia untuk menyambut kehadiran Al-Mahdi, sosok pemimpin ideal (dalam Islam) yang akan memimpin dunia.
Ahmadinejad dikenal getol mengkritik Amerika Serikat; bahkan PBB. Salah satu keputusan paling kontroversialnya barangkali berkaitan dengan nuklir. Ahmadinejad sangat menyokong perkembangan teknologi nuklir Iran. Terlepas dari ancaman sanksi PBB atau IAEA (Badan Nuklir Internasional), Ahmadinejad layak bersikap demikian.
Pelarangan proyek bersenjata nuklir hanya diberlakukan kepada negara-negara di luar NWS (Nuclear Weapons State). Artinya negara-negara NWS seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, Perancis, Rusia, dan Cina seperti diberi legitimasi untuk menguasai dunia sementara negara lain tidak. Lebih buruk lagi, negara seperti Israel yang tidak bergabung dengan IAEA, bebas-bebas saja memamerkan persenjataan nuklir mereka yang konon sudah sangat mengancam negara-negara Timur Tengah.
Selain proyek “senjata” nuklir, Ahmadinejad dikenal juga sebagai sosok yang hampir selalu menyerang kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat dan sekutunya. Termasuk invasi ke negara-negara penghasil minyak pasca serangan 9/11.
Kapan Giliran Indonesia?
Melihat Ahmadinejad dan sepak terjangnya selama enam tahun menjadi presiden Iran, terlepas dari kekurangannya yang sering diblow-up oleh media Barat, rasanya kita layak iri. Sudah lama kita kehilangan pemimpin yang berani semacam Ahmadinejad. Pemimpin yang menyadari, tidak ada gunanya tunduk patuh pada kekuatan dunia yang hanya akan membuat negara kita tak lebih daripada sekadar parasit; meski sebenarnya kekuatan dunia tersebut yang menyerap hasil bumi kita. Pemimpin yang berani “berperang”, kalau perlu hingga hancur-hancuran, bukan malah berlindung pada kekuatan dunia yang terus menjajah semua bangsa. Pemimpin yang memilih risiko dibenci segolongan rakyat (pengecut) demi membela kebenaran.
tidak ada gunanya tunduk patuh pada kekuatan dunia yang hanya akan membuat negara kita tak lebih daripada sekadar parasit
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
hey komentar donk